![]() |
Hazwan Iskandar Jaya, Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) DIY |
Pojok Opini
Dalam dekade belakangan ini, lanskap konsumsi media telah bertransformasi secara drastis, didorong oleh inovasi teknologi dan perubahan preferensi audiens. Di tengah hiruk pikuk platform digital, video berdurasi pendek (short-form video) muncul sebagai fenomena yang mendominasi, mengubah cara miliaran orang, khususnya generasi Milenial dan Gen Z, menyerap informasi dan hiburan. Platform seperti TikTok, Instagram Reels, dan YouTube Shorts tidak hanya menjadi tren, melainkan sebuah revolusi yang membentuk ulang kebiasaan media kita.
Daya tarik video berdurasi pendek terletak pada kemampuannya untuk menyajikan konten yang ringkas, cepat, dan sangat mudah dicerna. Dalam hitungan detik, pengguna bisa beralih dari satu video ke video lainnya, memberikan sensasi gratifikasi instan yang sulit ditandingi oleh format media tradisional. Algoritma cerdas di balik platform-platform ini juga memainkan peran krusial, secara efektif "memahami" preferensi pengguna dan menyajikan konten yang relevan, menciptakan lingkaran umpan balik yang adiktif.
Bagi Milenial dan Gen Z, yang tumbuh besar di era digital dengan rentang perhatian yang semakin pendek, format ini sangat cocok dengan gaya hidup mereka yang serba cepat. Mereka menghargai efisiensi dalam mendapatkan informasi dan hiburan, dan video singkat menjawab kebutuhan tersebut dengan sempurna. Sebuah studi dari We Are Social dan Hootsuite (2024) menunjukkan bahwa waktu yang dihabiskan untuk menonton video pendek terus meningkat secara global, mengindikasikan pergeseran preferensi yang jelas dari konten berdurasi panjang.
Fenomena video pendek membawa dampak signifikan pada bagaimana Milenial dan Gen Z mengonsumsi berita. Dibandingkan dengan generasi sebelumnya yang mungkin terbiasa membaca koran atau menonton berita televisi berdurasi panjang, generasi ini cenderung mencari ringkasan cepat dan poin-poin utama dari sebuah peristiwa. Platform video singkat menjadi sumber utama bagi mereka untuk mendapatkan headline dan gambaran umum tentang kejadian terkini.
Namun, kecenderungan ini juga menimbulkan tantangan serius. Informasi yang disajikan dalam format singkat seringkali kekurangan konteks dan kedalaman, berpotensi memicu kesalahpahaman atau bahkan penyebaran misinformasi. Kita melihat pergeseran dari jurnalisme naratif yang mendalam ke 'jurnalisme kilat' yang berfokus pada ringkasan. Ini memunculkan pertanyaan tentang pemahaman menyeluruh publik terhadap isu-isu kompleks (Dr. Budi Setiawan, 2025). Masyarakat menjadi lebih rentan terhadap berita clickbait atau informasi yang dipelintir karena terbatasnya ruang untuk penjelasan detail.
Di sisi hiburan, dampak video pendek jauh lebih positif dan transformatif. Platform ini telah menjadi lahan subur bagi kreativitas, memungkinkan siapa saja untuk menjadi pembuat konten dan menjangkau audiens global. Dari tarian viral, sketsa komedi, tutorial singkat, hingga tantangan populer, variasi konten hiburan di video pendek nyaris tak terbatas.
Ini juga menciptakan demokratisasi hiburan, di mana individu dengan bakat dan ide unik dapat menembus industri hiburan tanpa perlu melewati jalur tradisional. Milenial dan Gen Z tidak hanya menjadi penonton pasif, tetapi juga kreator aktif, berpartisipasi dalam tren, membuat konten duet dan stitch, serta membangun komunitas di sekitar minat bersama. Video pendek telah meruntuhkan batasan antara pencipta dan konsumen, memungkinkan interaksi yang belum pernah ada sebelumnya dan mempercepat difusi tren budaya. Fenomena ini juga telah melahirkan micro-influencer yang memiliki audiens loyal dan spesifik.
Menyongsong Masa Depan: Keseimbangan dan Literasi
Meskipun video berdurasi pendek menawarkan efisiensi dan kreativitas, penting bagi Milenial dan Gen Z, serta seluruh lapisan masyarakat, untuk mengembangkan literasi media digital. Hal ini krusial agar mereka tidak hanya menjadi konsumen pasif, tetapi juga pengguna yang cerdas dan kritis. Kemampuan untuk memverifikasi informasi, mencari sumber berita yang kredibel, dan memahami potensi bias di balik setiap konten adalah kunci.
Institusi pendidikan, pemerintah, dan media perlu berkolaborasi dalam mengedukasi generasi muda tentang cara mengonsumsi berita secara bertanggung jawab di platform digital. Sementara video pendek akan terus menjadi bagian tak terpisahkan dari konsumsi media, pengembangan keterampilan berpikir kritis akan memastikan bahwa kecepatan informasi tidak mengorbankan kedalaman pemahaman. Masa depan konsumsi media akan ditentukan oleh bagaimana kita menyeimbangkan kebutuhan akan informasi cepat dengan kebutuhan akan pemahaman yang komprehensif.
Dengan demikian, literasi media dengan pemahaman mendalam, substantif dan filosofis adalah letak dalam mencerdaskan kehidupan anak bangsa!
Opini dibuat Hazwan Iskandar Jaya
Social Header
Berita