Berita

Breaking News

Hilangnya Tayub Sumur Agung, Kerugian Bukan Sekedar Artistik, Tetapi Juga Spiritual dan Sosial

Foto ilustrasi penari tayub/pay/Cakrainvestigasi.com /



POJOK OPINI

Oleh : Mas Pay 

Sumur Agung Gedongan yang terletak di tengah persawahan antara Gedongan dan juga Serut setiap setahun sekali kita dapat menyaksikan kesenian dan tradisi rasulan yang diisi dengan tayuban. Namun semua itu sekarang hanya menjadi masa lalu.

Sebenarnya dengan menghilangnya tayub dari rasulan Sumur Gedongan adalah kerugian bukan sekedar artistik, tetapi juga spiritual dan sosial.

Karena dengan hilangnya Tayub juga akan berdampak dengan lepasnya Ritual dari makna sakral. Tanpa tayub, seperti rasulan kehilangan ritme simbolis dan daya magis yang mendorong rasa syukur akan kesuburan alam dan kehidupan.

Mengikis nilai kebersamaan dan interaksi. Karena tayub bukan performa pasif melainkan interaksi aktif antara penari dan penonton, dengan hilangnya ini berpotensi melemahkan solidaritas komunitas lokal.

Warisan budaya yang memudar seiring larangan atau pengabaian, generasi muda mungkin kehilangan jembatan spiritual dan budaya yang unik di wariskan dari leluhur.

Hilangnya Tayub sendiri bisa disebabkan karena Transformasi sosial-agama dan norma modern, yang mana melihat gerakan tari dan alkohol ( sebagaimana dulu terkait dalam beberapa pelaksanaan tayub) sebagai tidak sesuai atau kurang pantas.

Preseden negatif dan stigma, karena dalam beberapa konteks tayub dijelekkan sebagai memicu moral rendah, padahal esensinya ritual kesuburan yang sakral.

Kurangnya regenerasi dan perhatian sosial, mirip tantangan yang dihadapi seni tradisional lainnya, minimnya minat generasi muda dan kurangnya dukungan institusional.

Menyikapi hal tersebut memang diperlukan  Kontekstualisasi tayub dimana tampilan tayub sebagai bagian edukasi dan spiritual, tanpa unsur yang sempat dipandang kontroversial, fokus pada nilai kesucian, kesuburan, dan juga gotong royong.

Perlunya pelibatan komunitas dengan cara buka forum diskusi antar sesepuh, tokoh budaya, dan generasi muda untuk merancang tayub yang cocok dengan nilai kekinian, tanpa kehilangan akar ritual.

Perlunya dukungan dari pemerintah dan kebudayaan dengan cara  pelatihan, pentas tematik di acara rasulan dan dokumentasi tayub sebagai sumber daya budaya daerah.

Karena tayub adalah warisan leluhur, lebih dari tari. Tayub adalah bahasa syukur, simbol fertilitas, dan jembatan batin antar generasi. Dengan kembalinya tayub, dalam bentuk yang sesuai dengan norma hari ini, bisa me jadi pemulihan harmoni antar budaya, spiritualitas, dan juga identitas komunitas.

( Pengamat budaya dan spiritual)

© Copyright 2024 - CAKRAINVESTIGASI.COM