![]() |
Foto ilustrasi.Cakrainvestigasi.com |
POJOK OPINI
Oleh : Mas Pay
Di saat rakyat mengeluh harga beras, minyak goreng, dan biaya sekolah, DPR justru membicarakan kenaikan gaji. Inilah potret ironi demokrasi kita: suara rakyat memang didengar, tapi tak selalu jadi pertimbangan.
Kenaikan gaji DPR ibarat garam yang ditaburkan pada luka. Rakyat yang bekerja keras hanya mampu menabung receh, sementara para wakilnya berdebat soal angka tambahan di rekening. Padahal, kerja DPR yang nyata dan menyentuh langsung kehidupan masyarakat masih sering dipertanyakan.
Kebijakan ini jelas memperlebar jurang kepercayaan antara rakyat dan wakilnya. Publik akan semakin apatis terhadap parlemen, dan legitimasi politik makin rapuh. Bagaimana rakyat percaya pada pemimpin yang sibuk memperkaya diri sendiri, bukan memperbaiki nasib konstituen?
Jika DPR benar-benar ingin menaikkan martabat lembaga, bukan gaji yang harus ditambah, melainkan kinerja, integritas, dan keseriusan dalam memperjuangkan kebutuhan rakyat kecil.
Social Header
Berita